Entri Populer

Rabu, 15 Februari 2012

Karena Kita Memiliki Hati

Hati merupakan pengendali diri manusia, manakala hatinya baik, maka ia bisa mengendalikan dirinya kepada hal-hal yang baik, dan menahan untuk berbuat kemungkaran. Namun banyak manusia yang kehidupannya tidak terkendali, tergelincir kepada lembah maksiat dan kemunkaran, karena hatinya telah tertutup, tidak bisa melihat mana yang haq dan mana yang bathil.

Hati adalah elemen terpenting dalam diri manusia, karena dengan hati, manusia dilebihkan oleh Allah dari makhluk-makhluk Allah yang lainnya.

Betapa hati sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang, sampai Allah berfirman dalam QS 42 89-91 Al-Qur’an sebagai Hudal lil Muttaqin telah memberikan penjelasan kepada kita, bahwa hati manusia itu terbagi tiga bagian yang saling bertolak belakang satu dengan yang lainnya.

Qolbun Mayyit (hati yang mati)
Manusia yang memiliki tipe hati seperti ini, ia tidak dapat lagi melihat mana yang benar dan mana yang salah. Telinganya tuli, matanya sudah dibutakan dan semua panca indranya sudah tidak berfungsi lagi karena hatinya tidak dapat menunjukkan tugas masing-masing indranya.

Ia laksana mayat hidup yang hanya akan membuat kerusakan di muka bumi. Nasehat-nasehat sudah tidak bisa didengarnya, pelajaran-pelajaran sudah tidak dapat ia cerna untuk dilaksanakan, apalagi berusaha memperbaiki diri sendiri, itulah tipe-tipe orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Ia sudah tidak bisa mengenali siapa dirinya dan dari mana asalnya, mau kemana ia kembali.

Senantiasa kehidupannya dihiasai hal-hal jahil, perasaannya tidak tenang manakala
tidak melanggar aturan Allah, ia menganggap segala perbuatannya tidak ada yang mengawasi sehingga bebas berbuat semaunya. Tak terpikirkan apakah perbuatannya itu akan merugikan orang lain atau tidak.

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” [QS Al-Baqarah 2:6]

Qolbun Mariidh (hati yang berpenyakit)
Banyak ummat islam yang berkecimpung dalam kancah da’wah namun dalam kesehariannya ia tidak mencerminkan sebagaimana aktivitasnya. Ia berda’wah hanya sebatas konseptual bahkan kehidupannya jauh dari realitas islami sebagaimana yang ia da’wahkan.

Kenapa hal ini terjadi?

Semua itu tak lepas dari peranan hati. Hal-hal seperti itu tidak mungkin menimpa orang-orang yang hatinya saliim (lurus). Bisa jadi karena kesibukannya menda’wahi orang lain sehingga ia melupakan dirinya sendiri, tak ada keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan. Akhirnya muncul da’i-da’i yang seharusnya memberi tauladan yang baik malah memberikan contoh yang merusak akhlak dan aqidah ummat.

Ia merasa sudah banyak berbuat kebaikan dan merasa berjasa terhadap perkembangan da’wah islamiyah. Sering menganggap remeh orang lain dan cenderung berbuat seenaknya sendiri. Merasa lebih tinggi dari orang lain sehingga timbullah ujubnya.

Hal ini sudah cukup membuktikan seseorang yang berpenyakit dalam hatinya. Manakala tidak segera bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menambahkan penyakit hatinya itu.

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. [QS Al-Baqarah 2:10]

Ciri-ciri orang yang hatinya berpenyakit

- Suka menganggap enteng terhadap dosa, ia menganggap dosa itu bagaikan debu yang menempel di dahinya yang sewaktu-waktu dapat dengan mudah ia bersihkan. Dalam beribadah tidak ikhlas semata karenaA llah, namun hanya sekedar memenuhi kewajiban atau ingin mencari keuntungand uniawi semata.

- Suka berbuat maksiat, ia senang sekali dengan perbuatan maksiat bahkan bangga dengan perbuatannya itu, sehingga ia menyebar luaskan kemaksiatannya kepada orang lain. Jika dibacakan ayat-ayat A l-Qur’an, ia membantah dengan kata-kata "gapapa, lha bapak anu saja begitu..., dll"

- Jika dinasehati ia merasa dihina atau tidak mau menerimanya.

Qolbun Saliim (hati yang lurus dan bersih)
Seseorang akan terarah hidupnya manakala hatinya tenang, dalam artian bahwa ia selalu mengingat akan kebesaran Allah. Hatinya selalu ingat kepada Allah di mana saja ia berada, tak peduli sedang susah ataupun bahagia.

Ada sebagian orang yang ketika ia sedang ditimpa musibah, ia ingat kepada Allah dan berkecimpung dalam da’wah. Namun manakala ia sedang senang, bahagia, lupalah akan siapa penciptanya. Seolah-olah ia butuh Allah hanya di waktu susah saja. Ketika terlepas dari kesusahan ia kembali melupakan Allah.

Sedangkan orang yang hatinya saliim, kapan saja dan di mana saja ia selalu ingat dan butuh akan bantuan Allah.

Dan hanya orang yang hatinya lurus yang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat,walaupun ketika di dunia ia termasuk orang yang kekurangan. Namun hal itu bukanlah merupakan sebuah penghalang seorang hamba yang akan mendekatkan dirinya kepada Allah.

Ciri-ciri orang yang hatinya lurus

· Selalu mengharapkan kasih sayang dari Allah.
Bahkan ia rela dibenci oleh semua makhluk di dunia ini demi mencapai kasih sayang Allah padanya. Hanya dengan kasih sayang Allah lah manusia akan selamat dari siksa api neraka. Karena kasih sayang Allah berarti Allah akan ridha kepada hambaNya.
· Takut kepada Adzab Allah.
Menyadari akan kebesaran Allah. Seorang hamba tidak kuasa untuk menghindari dari adzab Allah yang sangat dahsyat, maka ia akan selalu mawas diri dalam segala perbuatannya agar semua tindakannya tidak menimbulkan kemurkaan Allah. Karena ia tahu apa yang akan ia peroleh manakala melanggar aturan Allah.

· Cinta kepada Allah, sebagaimana firman Allah :
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwak ekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). [QS Al-Baqarah 2:165]

Seseorang yang telah jatuh cinta terhadap sesuatu, pasti ia akan tunduk dan patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh yang dicintainya. Begitu pula cinta kita kepada Alah. Senantiasa mengingat mati, karena hal ini bisa membangkitkan semangat untuk meningkatkan ibadah kepada Allah.

Kita perlu menyadari bahwa manusia itu dibatasi oleh waktu. Jika sudah tiba wantunya untuk kembali kepada Allah, maka tak satupun yang dapat mengakhirkannya atau mengawalkannya “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” [QS Al-A’raf 7:34]

Tentunya untuk menghadapi kematian, manusia perlu membekali dirinya dengan bekal yang bisa menyelamatkan dirinya di akhirat kelak “Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang- orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya!” [QS Al-An’am 6:32]

· Selalu memikirkan kekuasaan Allah yaitu dengan tadabur alam.
Karena salah satu ciri orang yang pandai (ulul albab) adalah orang yang memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Al-‘Imran 3:190-191]

· Merupakan kebiasaannya adalah selalu mentadaburi Al-Qur’an, karena dengan ini manusia akan tahu hakekat hidupnya dan akan tahu apa yang harus ia lakukan demi diri dan agamanya.

Senantiasa mencontoh perikehidupan Rasulullah beserta para sahabatnya, sehingga semua yang bertentangan dengan kebiasaan Rasulullah dan para sahabatnya akan ia tinggalkan sejauh-jauhnya.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk membentuk diri kita menjadi orang yang kaffah mengislamkan diri kita baik lahiriyah maupun bathiniyah, sehingga akan tercermin sesosok jiwa yang dapat menjadi panutan ummat dan dikasihi oaleh Allah, dihiasi dengan perilaku yang baik dan hati yang lembut .

Mudah-mudahan kita semua dikumpulkan ke dalam golongan orang-orang yang hatinya lurus dan bersih serta dimasukkan ke dalam hamba-hamba yang diridhai-Nya.

Aamiin … Wallahu’alam bishowwab.