Penulis : H. Muhammad Jamhuri, Lc.
Editor : Harhar Muharam
Editor : Harhar Muharam
“… Dan para malaikat masuk kepada
tempat-tempat mereka dari semua pintu
(sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]:23-24)
(sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]:23-24)
Sabar termasuk akhlak paling utama
yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt.
menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat”. Ibnul Qoyyim
mengutip perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90
tempat”.
Abu Thalib al-Makky mengutip
sebagian perkataan sebagian ulama,. “Adakah yang lebih utama daripada sabar,
Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak
mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar”.
Sabar menurut bahasa berarti menahan
dan mengekang. Diantaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi [18]: 28 “Dan tahanlah
dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja
hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka.”
Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah),
sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim [14]: 21, “…sama saja bagi kita
mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk
melarikan diri.”
Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an
Aspek
kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang
mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama
bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan
yang berat atau sakit yang kronis. Yang kedua adalah al-shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri
dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu.
Bentuk
kesabaran ini (non fisik) beraneka macam;
- Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah.
- Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
- Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang disebut sombong (al-bathr)
- Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut berani (syaja’ah), kebalikannya adalah pengecut (al-jubnu).
- Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah emosional (tadzammur).
- Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut penyimpan rahasia (katum).
- Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah serakah (al-hirshu)
Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke
dalam sabar, ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya tentang iman, beliau
menjawab: Iman adalah sabar. Sebab kesabaran merupakan pelaksanaan keimanan
yang paling banyak dan paling penting. “Dan orang-orang yang sabar dalam
musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yang benar
imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)
Dari itu kita dapat memahami mengapa
al-Qur’an menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di akhirat, tiket masuk
ke surga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para malaikat. Dalam surat
Al-Insan [72]: 12 “Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas kesabaran mereka
dengan surga dan (pakaian) sutera”.
Dalam surat Ar-Ra’d [13]:23-24 “…Dan
para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil
mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu.”
Sabar, Suatu Kekhasan Manusia
Sabar adalah kekhasan manusia,
sesuatu yang tidak terdapat di dalam binatang sebagai faktor kekurangannya, dan
di dalam malaikat sebagai faktor kesempurnaannya. Binatang telah dikuasai penuh
oleh syahwat. Karena itu, satu-satunya pembangkit gerak dan diamnya hanyalah
syahwat. Juga tidak memiliki “kekuatan” untuk melawan syahwat dan menolak
tuntutannya, sehingga kekuatan menolak tersebut bisa disebut sabar.
Sebaliknya, malaikat dibersihkan
dari syahwat sehingga selalu cenderung kepada kesucian ilahi dan mendekat
kepada-Nya. Karena itu tidak memerlukan “kekuatan” yang berfungsi melawan
setiap kecenderungan kepada arah yang tidak sesuai dengan kesucian tersebut. Tetapi manusia adalah makhluk yang
dicipta dalam suatu proses perkembangan; merupakan makhluk yang berakal, mukallaf (dibebani) dan diberi cobaan,
maka sabar adalah “kekuatan” yang diperlukan untuk melawan “kekuatan” yang
lainnya. Sehingga terjadilah “pertempuran” antara yang baik dengan yang buruk.
Yang baik dapat juga disebut dorongan keagamaan dan yang buruk disebut dorongan
syahwat.
Pentingnya Kesabaran
Agama tidak akan tegak, dan dunia
tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Sabar adalah kebutuhan duniawi
keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat
kecuali dengan sabar.
Al-Qur’an telah mengisyaratkan
pentingnya kesabaran ini. Ketika mengyinggung masalah penciptaan manusia dan
cobaan penderitaan yang akan dihadapinya. Dalam surat Al-Insaan [76]: 2
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)”.
Pentingnya Kesabaran Bagi Orang Beriman.
Sudah menjadi sunnatulah bahwa kaum
muslimin harus berhadapan dengan para musuhnya yang jahat yang membuat makar
dan tipu daya. Seperti Allah menciptakan Iblis untuk Adam; Namrud untuk
Ibrahim; Fir’aun untuk Musa dan Abu Jahal untuk Muhammad saw.
Dalam Surat al-Ankabut [29]]: 1-3
“Ali Laam Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan; kami telah beriman, padahal mereka belum diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia
mengetahui orang-orang yang dusta.”