Entri Populer

Kamis, 03 Maret 2011

Kajian 01 Fakta hingga Logika

Disampaikan pada Majelis Dzikrullah
Oleh: Arif Budi utomo

Berita  mengabarkan apa .. (?)
Berita akan disajikan sedemikian rupa. Menjadi enak di baca dan perlu!. Berita juga akan di kupas  setajam tajamnya, setajam silet !.  Begitulah bisnis informasi, bagaimana mengemas sebuah fakta agar dapat di terima logika manusia. Semakin HOT NEWS maka akan semakin di gemari berita tersebut. Maka setiap media berlomba-lomba memberikan narasi sebaik-baiknya.  Kadang kita sudah tidak perduli lagi apakah narasi tersebut  benar telah sesuai dengan gambarannya, tempat kejadian ataupun fakta sesungguhnya  yang terjadi di lapangan. Kita paham gambar mampu memberikan sejuta makna bagi pemirsanya, maka dengan sedikit ulasan saja, penyaji berita akan mampu (tanpa disadari penikmatnya sendiri) telah mengarahkan opini pemirsanya.  Kita saat ini telah memasuki sebuah perang dalam otak manusia. Semua berita disadari ataupun tidak telah diarahkan untuk menggiring opini  publik. Maka bukan tidak mungkin  jika bisnis informasi ini, bisa di 'setting' sedemikian rupa, disesuaikan dengan 'pemesan'nya. 

 Mengawali kajian ini, seperti  membuka kembali dialog panjang, yang tak tuntas kami diskusikan selama 2 tahun ini. Wajah Islam yang sering menghiasi layar kaca, sangat jauh berbeda dengan apa-apa yang sudah di pelajari dan di pahami masyarakat tentang Islam.  Kegamangan sebagian anak manusia tentang hal ini,  telah  membawa penulis kepada debat yang tak berkesudahan hingga kini.  Maka apa yang  dilontarkkan dalam  tulisan Bpk. Riano Putra, sudah lama menjadi catatan khusus bagi penulis, lebih dari itu sampai saat inipun, penulis, masih terus  melakukan diskusi dengan banyak pihak, mengenai hal ini. 

 Apabila apa yang dipahami seseorang tentang Islam,  sangat bertentangan dengan realitas yang terpampang di hadapannya. Bagaimana meyakinkan bahwa Islam tidaklah seperti itu (?). Jika dia melihat dalam keseharian, perilaku para pemeluknya justru bertolak belakang. Bagaimana menjelaskan bahwa sejatinya Islam adalah '˜Rahmatan lil 'alamin' (?), Sungguh tugas berat bagi kita umat Islam mengurai semua ini dan mendudukan permasalahan pada tempat yang semestinya.   

Kajian ini dihantarkan bukanlah dengan maksud penulis  untuk memberikan solusi atas fenomena yang terjadi di dunia Islam saat ini. Bukanlah kapasitas penulis sejauh itu. Namun lebih kepada meng-khabarkan kepada kita semua, bahwa di ujung negeri sana, kegamangan dan ketidak yakinan akan Islam tengah terjadi, sangat nyata dan dekat dengan kita semua. Di sebuah desa di bawah kaki gunung Sindoro-Sumbing, ada sebuah desa yang seluruh penduduk nya dan berikut  para Uztadnya telah beralih ke agama  Hindu. Mereka di dera begitu dahsyatnya informasi tentang Islam, yang  membombardir '˜mind set'  mereka, sehingga mereka tidak lagi  mampu mempertahankan keyakinan mereka, ke-imanan mereka. Sungguh menjadi keprihatinan kita bersama.  Maka bukankah layak jika tulisan Bpk Riano Putra, saya tanggapi dengan sepenuh hati. Dan inilah beberapa kegalauan mereka yang saya coba rangkum dalam bentuk narasi, adalah hasil debat penulis dengan salah satu simpatisan yang sedang goyah keimanannya. Semoga Allah SWTmenyelamatkan kita semua.

Apakah mesti Islam..?.
Kajian di buka dengan sebuah tanya, dari salah satu diantara simpatisan mereka,   "Mengapa Islam di identikan dengan kekerasan, bahkan kepada saudara-saudaranya sendiri ?". Sebuah pertanyaan dan alasan yang dipaparkan,~ menggumuli hati, mengundang sejuta ketidak mengertian yang tak bertepi. Apakah kami harus Islam. .?. Seperti inikah sejarah Islam ..?. (Kemudian mereka bercerita..). 

Bagai sebuah film sinetron, side back diawali ketika Islam masuk ke tanah air, bagaimana Raden Patah, mengkhianati Ayahnya sendiri Prabu Brawijaya V. Bagaimana diceritakan sang  Ayah yang dengan suka cita mempersilahkan anaknya untuk menyebarkan agama barunya di tanah Jawa, di wilayah kekuasaan Majapahit, dengan perlindungan penuh dari Sang Prabu. Namun bagaimana justru kemudian Raden Patah menggulingkan kekuasan sang Raja, dan menghancurkan kejayaan Majapahit. Kisah yang berdarah-darah, menggulung habis perasaan anak manusia, kegamangan Sang Prabu, kecintaan seorang Ayah kepada anaknya. Keganasan manusia atas manusia lainnya atas nama agama, memasuki babak baru di tanah Jawa. Inilah fragmen ketika Islam tampil dengan pedang terhunus menebas lawan-lawannya  merebut kekuasaan, dengan korban ribuan nyawa, yang tidak pernah mengerti kenapa..?.  Darah mengalir atas tanggung jawab Islam di tanah Jawa, kali pertama.

Kisah ini tak kunjung diurai tuntas, tak puas dikupas. Kisah kemudian meluncur ke masa lalu, dimana fragmen kehidupan,  melibas dengan lebih hebat lagi romantisme perasaan anak manusia . Entah berapa juta manusia menangis karenanya, hingga gaungnya terasa sampai jaman ini. Membuka  lembaran yang paling menyakitkan, terjadinya perang saudara antara seorang Ibu dan anak menantunya, perang antara Ali bin Abu Tholib,  ra, dan Siti Aisyah, ra. Kedua sosok panutan utama umat Islam, mengangkat senjata dengan bendera Islam. Sungguh sebuah perang yang menghancurkan perasaan anak manusia yang terlibat di dalamnya.  Perang yang sebenarnya tidak pernah terlintas dalam pikiran paling liar sekalipun. Namun nyatanya terjadi dan ada dalam sejarah Islam. Belum usai sudah, Perang masih terus berlanjut dari Ali ra, kepada anaknya. Siapakah musuhnya (?). Tak lain adalah para sahabat Rosululloh sendiri. Pedang terhunus untuk menikam saudara se iman, saudara seperjuangan. Sebuah tragedy yang tak akan pernah  mampu di ceritakan. Dan puncak kesakitan itu pun  terjadi, ketika cucu Rosululloh ikut terbunuh. Langit menangis, bumi berguncang, lautan bergolak. Sungguh demi Rosululloh dan anak keturunannya, semua umat muslim rela mati. Namun nyatanya, cucu Rosuolloh terbunuh  oleh saudara nya sendiri, sahabat se iman  yang meneriakan "Allahu akbar" !.

Manusia setiap jaman merenung, penuh tanda tanya,  munculah pro dan kontra. Setiap kelompok merasa benar, setiap kelompok merasa telah melakukan sebagaimana perintah Tuhan.   Begitu sulit memaknai kejadian tersebut, menceritakan kembali kepada generasi berikutnya, tanpa bermaksud menutupi fakta sebenarnya. Islam begitu kasat mata, tidak hanya kepada mungsuh-mungsuhnya, bahkan kepada saudara se iman pun tak segan menghunuskan pedangnya. Begitulah yang terlihat.    Maka tak salah jika dengan fakta ini kemudian logika berbicara. Islam menyukai kekerasan !.  Merambah hingga kini. Begitulah serangan mulai muncul kepada Islam. 

Benarkah Islam seperti yang terlihat ?. 
Benarkan penyebaran  Islam di lakukan dengan pedang terhunus?. 
Sebagian orang menyukai cerita dari sisi ini, menyerang Islam dengan hebatnya. Bahkan dari kalangan Islam itu sendiri.  Namun ada sebagian besar lagi melihat dengan cara yang berbeda, menolak semua yang terjadi dan menganggap bahwa kisah itu tidak pernah ada.  Membuang begitu saja fragmen ini dan mereka tidak pernah mau belajar dari kejadian tersebut. Akhirnya, kemudian mereka berjalan dengan fanatisme radikal, menghakimi siapapun yang mencoba mengusik Islam.

Dengan fakta fakta tersebut,  maka dengan sangat mudahnya, manusia kemudian mengemasnya dan mengembangkan sesuai kehendaknya masing-masing, baik secara sistematis maupun  sporadis. Mereka yang anti Islam akan senantiasa menyajikan narasi '˜setajam silet'. Mereka yang berada di puncak pemerintahan akan mem-politisir situasi dan meredam dengan gaya 'enak di baca dan perlu'. Meng-akomodasi setiap kelompok untuk mendukung kekuatan politik mereka, dan menghancurkan kelompok lain yang tidak sepaham dengan penyebaran opini, benar atau salah !.
Subhanalloh, marilah kita luruhkan sejenak. Begitu penat kita memandang wajah-wajah Islam yang sering ditampilkan dengan gahar.  Kita sering melupakan wajah teduh Rosululoh, yang senantiasa dengan arif menghadapi musuh-musuhnya, yang senantiasa menebar kasih kepada umatnya, saudara se-iman. 

Marilah kita lihat  dua kejadian tersebut pada tempat yang semestinya. Sama juga halnya, dengan kejadian-kejadian hebat yang terjadi di akhir-akhir ini. Marilah kita lihat dan maknai, dalam sebuah rangkaian panjang sejarah peradaban manusia, sebagaimana kita melihat film panjang yang tidak pernah usai, sampai akhir jaman. Karena sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu hikmah atas kisah-kisah tersebut bagi generasi Islam nanti, berabad-abad lagi setelahnya. Marilah kita buka cerita sejarah peradaban manusia, bagaimana ternyata sejarah peradabanpada setiap agama tidak luput dari kisah-kisah dan romantika seperti itu. Bagaimanakah kemudian setiap agama belajar, dan bagaimana kemudian Tuhan turun tangan untuk memberikan petunjuka Nya.

Maka untuk itu kajian ini bersambung, yang akan mengajak kita meng-ekplorasi peradaban umat manusia dan bagaimana agama ber peranan di dalamnya. Kajian ini dihantarkan , juga untuk memberikan wawasan baru dan  membuktikan bahwa Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu. Semua agama adalah bagian dari Islam, Islam membenarkan kitab-kitab terdahulu, dan membenarkan nabi-nabi yang diturunkan sebelumnya, dan kemudian  Islam melengkapi apa-apa yang sudah di turunkan itu. Islam kemudian melengkapi atas hikmah-hikmah yang pernah diturunkan kepada umat dan kaum terdahulu. Sudahkah 'berita' ini sampai kepada kita..(?). Insyaallah.

Bersambung ...  dari Padang Kuruseta hingga Padang Karbala...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar