Entri Populer

Senin, 14 Maret 2011

Kajian 05 Meditasi Dalam Gerak

Disampaikan pada Majelis Dzikrullah
Oleh: Arif Budi utomo


Pengantar : Kajian ini mengakhiri  rentetan kajian sebelumnya yang dihantarkan untuk  menanggapi tulisan Bpk. Riano Putra, yang mencoba mengusung tema;  problematika umat Islam dalam menyikapi kondisi Islam terkini, yang  nampak di layar kaca  hanya penuh dengan kekerasan dan kekerasan lagi. 

Maju kena mundur kena
Islam sesungguhnya adalah agama kasih sayang. Islam mengecam dengan keras  segala bentuk aksi kekerasan, kemudian  bahkan Islam tidak tanggung-tanggung;  mengancam para pelakunya dengan siksa dunia dan akherat. Hukum ini adalah hukum kepastian yang akan bekerja kepada para aktor ; para pelaku kekerasan. Kemana lagi mereka akan berlindung..?. Allah sangat keras hukumannya. Mestinya kita tenang dengan kepastian ini. Serahkanlah segala urusan hanya kepada Allah. Namun…
Apakah dengan demikian, selanjutnya kita berdiam diri saja melihat anak kita tidak sholat ?. . Apakah kita tidak boleh memukulnya..?. Apakah juga dengan demikian;  lantas akan kita biarkan saja  PSK berkeliaran mengumbar kemaksiatan di sekeliling kita. (Surat Bpk  Irwan Cahyono). Apakah Kita tidak boleh menindak mereka..?. Subhanalloh..!.  Bukankah kita di wajibkan agar ber amar makruf nahi mungkar. Mencegah kemungkaran dengan tangan kita..?. Bagaimanakah ini..?. Pada satu sisi kita dilarang melakukan kekerasan, namun disisi lain kita harus menggunakan kekerasan . Maka kekerasan seperti apakah yang di ridhoi-Nya..?. Bukankah kita dalam situasi Maju Kena Mundur Kena..?. (Lha kok.. mumet tenan..?!?).
Semoga kajian ini mampu menghantarkan kita dalam memahami lebih dalam lagi,  makna diantara semua itu. Maka dengan memohon perlindungan kepada Allah,  kajian ini di hantarkan..!. 

Daya yang menggerakan
Dalam kajian 4, telah dihantarkan adanya resultan gaya yang bekerja pada manusia sehingga manusia tersebut mampu melakukan 'aksi' nya. Aksi dalam pendekatan postulat Newton digabarkan sebagai Usaha (baca; upaya) yang di rumuskan sebagai : W=F.S.  ( Dimana F = gaya yang bekerja dan S= adalah Jarak). Maka berdasarkan postulat Newton dapat di simpulkan bahwa; tanpa adanya resultan gaya tersebut maka tidak akan ada aksi (Upaya)  manusia. 
Resultan gaya bekerja pada manusia. Menimbulkan suatu medan gaya, dan selanjutnya menjadi Daya (energy) manusia untuk bergerak. Oleh Newton di gambarkan dengan rumus D = W/t. Daya adalah usaha manusia yang dilakukan dalam ruang dan waktu tertentu. 
Berdasarkan pendekatan tersebut maka kita kemudian dapat mempertanyakan atas atas aksi manusia:
Daya siapakah yang bekerja di balik aksi manusia..?
Daya siapakah yang bekerja di balik ibadah manusia..?
Daya siapakah yang bekerja di balik senyum manusia..?
Daya siapakah yang bekerja di balik sholat manusia..?
Daya siapakah di balik kekerasan manusia..?.
Daya siapakah di balik perang manusia..?
Dan lain lain..dan lain lain..!.

Pada kajian 4 juga telah diuraikan; Jika manusia menjatuhkan 'kehendak' pada niat nya kepada selain Allah. Kepada materi misalnya;  Maka dia telah membiarkan resultan gaya materi bekerja padanya. Dengan demikian daya yang bekerja adalah DAYA MATERI. Dapat dikatakan bahwa; Keseluruhan energy (daya) pada setiap geraknya ditimbulkan oleh medan gaya materi. Seluruh usahanya dilakukan dengan menggunakan daya materi. JIka manusia secara terus menerus selalu menggunakan daya ini maka Jiwa akan bergerak di dalam medan gaya materi. Inilah  yang akan menyiksa manusia itu sendiri. Manusia akan terjebak di dalamnya. 
Selanjutnya Jiwa akan terpengaruh kepada perilaku rendah; perilaku dalam dimensi materi; sebagaimana perilaku 'kebinatangan'. Jiwa akan ter-cover; Jiwa menjadi KAFIR. Maka  akan kita dapati; manusia dengan wajah gahar. Manusia yang selalu menantang Allah, manusia yang menimbulkan kerusakan di muka Bumi, melakukan kekerasan dan lain sebagainya. Sebagaimana seluruh perilaku 'akhlak' orang-orang  kafir yang di ceritakan Al qur'an.
Dari ilustrasi ini kita dapat membayangkan bagaimana jika ; Daya wanita (syahwat) yang bekerja padanya, daya tahta yang bekerja padanya, daya harta yang bekerja padanya. Inilah daya dalam dimensi materi; kita akan melihat perilaku mereka sehari-hari. Dimensi dalam tataran paling rendah.
Kemudian bagaimana jika daya yang bekerja padanya adalah; daya sembahan sembahan selain Allah; daya dewa, daya berhala, daya nenek moyang mereka (karomah); meraka adalah makhluk-makhluk Allah.. Dalam dimensi yang Ghaib.  Maka kita akan dapat memperhatikan perilaku; perilaku sombong, merasa lebih, menentang, dan lain sebagainya.
Semua sudah di ceritakan dalam Al qur'an. Kita tinggal memperhatikan; Bagaimana kejadiannya jika daya materi yang bekerja; dan akibatnya menimbulkan perilaku seperti apa ?. Begitu juga bagaimana kejadiannya; jika Daya Ghaib yang bekerja; dan  akan menimbulkan perilaku seperti apa?. Kita dengan mudah mencari rujukannya di dalam Al qur'an. 
Sesungguhnya daya siapakah yang mestinya kita biarkan bekerja pada diri kita ?.  Maka Islam dengan tegas mengajarkan kepada kita postulat;  "LA HAULA WALA KUAWATA ILA BILLAH". Tiada daya upaya selain Allah. Inilah 'upaya' yang benar, sebagai  jalan yang lurus. Inilah Daya illahi-ah yang merupakan  dimensi tertinggi. Maka hendaknya kita arahkan kehendak dan niat kita hanya kepada Allah. Adakah agama lainnya mengajarkan ini selain Islam.?. 
Selanjutnya kita pun juga dapat melihat kesudahannya bagi siapa yang berserah diri; untuk merelakan daya illahiah yang bekerja pada diri kita; mereka adalah ahli syurga.  Bagaimana Kemudian mereka; perilaku yang tampak. Sebuah 'akhlak' yang lembut namun tegas, lentur namun keras, halus namun kuat, penuh keyakinan, penuh kepasrahan, ketenangan, kekuatan, penuh empati dan lain sebagainya.  Sebagaimana teladan tersebut dapat kita lihat dalam diri Rosululloh. 
Kita sesungguhnya tinggal melihat pedoman tersebut dari Al qur'an dan As Sunnah. Sungguh amat jelas perbedaannya mana jalan yang lurus dan mana jalan yang batil. Al qur'an bukanlah dongengan orang-orang dahulu. Sangat keji orang yang beranggapan seperti itu.Yaitu orang-orang yang tidak mau meng-kaji dan melakukan introspkesi diri sendiri ; saat ini diri kita tengah berada di makom manakah?. Daya manakah yang tengah bekerja pada diri kita saat ini?. Apakah daya materi, apakah daya spiritual ataukah daya illahi-ah.

Mengamati dalam laku
Nah, kalau begini sekarang kita tinggal melihat tontonan di televisi; kemudian mengamati; daya siapakah yang tengah bekerja pada aktor aktor di balik 'aksi' kekerasan yang mereka tampakan;  tentunya kitapun akan mampu membedakannya..?. Maka kita selanjutnya tidak akan di risaukan lagi dengan itu. Kejadian tersebut akan menjadi pembelajaran kepada kita; agar semakin yakin dan teguh dalam dienul Islam. Menyerahkan sepenuh-penuhnya, berserah diri se pasrah-pasrahnya kepada Allah, biarkanlah daya illahi-ah saja yang bekerja kepada diri kita. Selanjutnya dengan melihat kejadian tersebut kita memohon ampun sebanyak-banyaknya; semoga kita dijauhkan dari semua itu. Dan jika suatu saat kita terjebak ke dalam situasi tersebut, kita sudah mampu bersikap harus bagaimana kita arahkan kemana ‘kehendak’ niat kita dalam melakukan sesuatu. Jika kita mesti berperang, kita akan ber perang karena 'daya Allah' yang bekerja pada diri kita. Bukan daya lainnya. 
Maka silahkan pukul anak anda jika tidak sholat, namun yakinkanlah kepada diri kita sendiri ‘daya’ apakah yang tengah bekerja untuk memukul tersebut. Daya dari Allah ataukah daya nafsu kita. Hanya kita yang tahu. Maka silahkan saja bagi yang mau menindak para Pelacur yang mangkal , dengan membongkar paksa dan menghancurkan tempat-tempat mereka, namun yakinkanlah sekali lagi,  pada diri kita sendiri; betulkah 'daya' Allah yang bekerja saat kita menggerakkan tangan menghancurkan tempat-tempat mereka. Ataukah sekedar hawa nafsu atau daya lainnya ; 'riya', 'ingin di puji' dan lain sebagainya, ataukah daya pesanan-pesanan pihak ketiga. Semua itu hanya kita sendiri yang tahu. Sungguh Allah maha keras siksa-Nya bagi manusia yang berbuat aniaya. Takutlah kita dengan itu. Bukankah Islam begitu  indah yang  telah mengatur sedemikian itu. "Wahai manusia silahkan kalian berbuat apa saja di muka bumi ini, sesungguhnya kamu akan mati dan akan di mintai pertanggung jawaban atas semua perbuatan mu itu". 
Begitu halusnya sebuah daya, sehingga sangat sulit bagi kita yang tidak terlatih untuk mengenalinya. Maka marilah kita senantias terus melakukan MEDITASI DALAM SESETIAP GERAK KITA. Mengamati, mengenali DAYA apa yang bekerja pada diri kita. Kemudian kita hadapkan hasil pengamatan kita kepada Allah, memohon pengajaran-NYA. Semoga kita beruntung dalam mengenali daya-Nya.    
"Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al Anfaal :17)
Maka perhatikanlah; ketika daya Allah yang menggerakan. Apakah ayat Al qur'an hanya dongengan saja..?. Maka buktikanlah..!. Dan sungguh kita tidak akan menemukan   satu kelemahan pun di dalam Al qur'an. Sudahkah kita mengetahuinya ?. Maka tidakkah kita tertarik mencoba laku MEDITASI DALAM GERAK, menjalani 'laku' dalam  mengamati dan mengenali  daya dalam tubuh kita. Semoga kita mendapatkan petunjuk.  Walohualam

SEKIAN

wasalam
arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar